SATELITNEWS.ID, SERANG – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau mencatat, telah terjadi letusan abu vulkanik erupsi Gunung Anak Krakatau pada hari Minggu, 17 Juli 2022, pukul 08:47 WIB pagi.
Dengan tinggi kolom abu teramati mencapai 2000 meter di atas puncak, dan dengan ketinggian 2157 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu itu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah selatan. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 56 mili meter dan durasi 79 detik.
Erupsi dengan ketinggian kolam abu mencapai 2000 meter di atas puncak, ini juga terjadi pada hari Rabu, 29 Juni 2022, pukul 14:51 WIB sore.
Terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 60 mili meter dan durasi 116 detik.
Sementara, pada hari Sabtu, 16 Juli 2022 Gunung Anak Krakatau itu terjadi erupsi sebanyak tiga kali. Pada pukul 23:39 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai 1500 meter di atas puncak. Pukul 22:55 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai 1500 meter di atas puncak.
Sedangkan pada pukul 22:53 WIB dengan tinggi kolom abu teramati mencapai 1000 meter di atas puncak.
Erupsi Gunung Anak Krakatau itu juga terjadi pada Jumat, 01 Juli 2022, pukul 06:50 WIB dengan tinggi kolom abu 500 meter di atas puncak. Lalu, pada Kamis, 30 Juni 2022, pukul 18:17 WIB erupsi dengan tinggi kolom abu teramati 1000 meter di atas puncak.
Kepala Seksi (Kas) Pencegahan pada Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten J Sukmawijaya mengaku, terus mendapatkan laporan dari Petugas PVMBG soal aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui group WhatsApp.
“Ini dari petugasnya pak. Ada di group wa,” kata Sukmawijaya, Minggu (17/7/2022)
Menurut Sukmajaya, kepulan abu vulkanik tidak ada tanda-tanda membahayakan warga di kawasan pesisir pantai Banten, karena angin bertiup lemah ke arah timur laut dengan suhu udara 25.6 sampai 26.1 celcius dan kelembaban udara 66 sampai 76 persen.
Status gunung merapi ini, kata dia, masuk dalam level III artinya siaga. Ia meminta, masyarakat, pengunjung, wisatawan, dan pendaki agar tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer.
“Statusnya level tiga siaga, rekomendasinya demi keamanan dan keselamatan agar masyarakat, pengunjung, wisatawan, dan pendaki tidak mendekati. Atau beraktivitas dalam radius lima kilometer,” tandasnya.
Warga Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang Jahedi mengaku, merasa was-was dengan kondisi letusan Gunung Anak Krakatau tersebut dalam seminggu terakhir. Ia mengaku merasakan kaca -kaca rumah mengeluarkan suara getaran saat gunung erupsi.
Hal ini ia rasakan bukan hanya di kediamannya saja, terlebih di kawasan Kecamatan Labuan yang lebih dekat dengan pesisir Pantai.
“Kalau Sertung (Gunung Anak Krakatau-red) bersuara rumah pun bergetar, hingga meluarkan suara getaran dari kaca rumah. Kalau terjadi pada malam hari sangat menghawatirkan,” katanya. (mg1)