SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Kasus harian Covid-19 di Kota Tangerang mengalami peningkatan sejak minggu lalu. Peningkatan jumlah kasus harian tersebut tercatat 264 yang didominasi oleh lansia dengan penyakit bawaan atau komorbid.
“Jadi seminggu ini ada mulai peningkatan kasus paling tinggi itu di 264 tambahan kasus per hari tetapi dua hari ini turun lagi, hari ini aja tadi nambahnya 136 jadi memang fluktuatif, kalau secara umum grafiknya mulai naik itu kurang lebih seminggu yang lalu mulai di atas 200 itu,” ujar dr Harmayati, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang kepada Satelit News. Com, Senin (21/11/2022).
Diakui Harmayati, angka kasus konfirmasi positif Covid-19 di Kota Tangerang ini cukup fluktuatif. “Tapi masih fluktuatif, paling tinggi itu seminggu itu mulai baik di atas 200 paling tinggi di 264 tetapi dua hari turun di bawah 200 pagi dan hanya ini 136,” lanjutnya. Namun, kata dia, dua hari terakhir kasus tersebut berangsur menurun. Untuk Bed Occupancy Rate (BOR) di Kota Tangerang, kata dia juga ada peningkatan, tetapi jumlahnya belum signifikan yakni sekitar 10 persen.
“Kalau masuk ke rumah sakit berati ada gejala sedang, jadi kalau yang ringan kan diisolasi di rumah. Peningkatan juga ada, tetapi tidak signifikan, kalau BOR itu masih jauh. BOR itu kan batasnya di angka 60 persen, kita rata-rata masih di angka 10 persen,” paparnya.
Dari peningkatan kasus baru Covid-19 di Kota Tangerang ini, kata dia, tidak semuanya pasien yang terkonfirmasi positif harus dirawat inap di rumah sakit. “Gejala sedang artinya mungkin sudah mulai merasa sesak kemudian juga punya yang punya komorbid jadi penyakit penyerta selain Covid itu sendiri, sehingga dia menjadi keluhannya tadi menjadi berat,” sambungnya.
Pasien yang terinfeksi dengan gejala ringan, tidak diwajibkan untuk dirawat di rumah sakit. Mereka hanya diharuskan untuk melakukan isolasi mandiri sesuai dengan ketentuan berlaku.”Ya ada persentasenya, kalau yang paling banyak beresiko kematian yang vaksinnya tidak lengkap, yang belum sampe booster terutama. Dan kebanyakan memang usia lansia dengan komorbid dan tidak divaksin lengkap, itu sudah pasti lebih tinggi persentasenya,” katanya.
Sementara, saat disinggung apakah kenaikan kasus yang ada saat ini merupakan dampak dari munculnya varian baru XBB di Indonesia, Harmayati tidak bisa memastikan secara pasti karena belum ada data sekuensing.
“Saya belum bisa bilang (kenaikan kasus Covid-19 akibat varian baru XBB) karena belum ada data sekuensing yang pasti gitu ya. Kita belum bisa memastikan (ada varian baru XBB di Kota Tangerang) tapi kalau lihat trendnya kemungkinan besar sudah ada,” ungkapnya.”Betul kemungkinan besar itu ya, karena kan kita terus terang aja, tidak semuanya, belum diperiksa genome sekuensing kan. Tapi kalau melihat dari angka nasional, kemudian dari banyaknya orang yang ya ini, biasanya makin ada varian baru, makin penularannya cepat,” lanjutnya.
Dirinya menambahkan, gejala yang timbul kemungkinan dari varian baru itu mulai dari flu hingga radang tenggorokan yang sangat rentan ditambah adanya penyakit penyerta. “Gejalanya sepertinya sama seperti yang lampau, gejala seperti flu, pilek sampai radang tenggorokan, dan tadi yang biasa membawa dia ke masuk rumah sakit ,kalau sudah keluhan sesak, jadi dia butuh bantuan oksigen minimal,” jelasnya.
Antisipasi lonjakan kasus, dirinya mengimbau kepada masyarakat harus memperketat protokol kesehatan. Dan juga, melakukan vaksinasi bagi masyarakat yang belum sampai ditahap booster. “Terus yang kedua, melakukan vaksinasi dorongan kita itu, apalagi vaksinasi sudah tersedia kembali, memang waktu itu sempat kosong. Tapi satu bulan ini sudah ada. Masyarakat juga harus bisa melindungi dirinya sendiri. Kita tahu caranya pake prokes, vaksinasi, dan nakes lakukan testing, tracing dan treatment,” pungkasnya. (mg03)
Diskusi tentang ini post