SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Pasokan air bersih terhadap 9.000 pelanggan PDAM Tirta Benteng di sebagian wilayah mampet selama empat hari terakhir. Problem itu disebabkan adanya kebocoran pipa jaringan distribusi utama (JDU) di tengah jalur rel kereta api Stasiun Tanah Tinggi, Kota Tangerang pada Kamis (22/12) lalu.
Pipa JDU tersebut diketahui masih menjadi milik Perumdam Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Melalui pipa tersebut, air disalurkan kepada para pelanggan Perumdam Tirta Benteng Kota Tangerang.
Direktur Perumda TB, Sumarya mengatakan kebocoran pipa JDU itu berdampak terhadap kurang lebih 9.000 pelanggan yang terdampak di wilayah satu pelayanannya. Di antaranya Perumahan Moderland, Bumi Mas Raya, Mahkota Mas, Kompleks Sitanala, sebagian Kecamatan Tangerang, Kebon Besar, Batuceper dan Tanah Tinggi.
Masih kata dia, debit aliran air ke pelanggan harus dikurangi guna mengurangi kebocoran yang lebih besar. Artinya, aliran air di wilayah terdampak menjadi kecil. Namun ada juga yang tak teraliri sama sekali.
“Tapi kita lakukan pendistribusian air gratis melalui truk tangki,”ungkapnya saat ditemui di Kantor Perumda TB, Senin, (26/12).
Sumarya menjelaskan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Perumdam Tirta Kerta Raharja (TKR) terkait perbaikan pipa JDU tersebut.
“Itu, kan, masih tanggungjawab teman-teman Kabupaten (PDAM TKR), kita sudah koordinasi,”imbuhnya.
Menurut Sumarya, Perumdam TKR sudah melakukan langkah-langkah untuk melakukan perbaikan. Hal pertama yang dilakukan adalah mengirimkan surat permohonan izin untuk melakukan penggalian di lokasi kepada PT KAI. Sayangnya, lanjut Sumarya, surat izin penggalian yang dilayangkan belum mendapat jawaban dari pihak BUMN tersebut.
Selanjutnya, tambah dia, Perumdam TB bersama Perumdam TKR akan membuat ekspose terkait metodologi pengerjaan seperti persiapan peralatan, langkah kerja dan keamanan. Jika ekspose sudah dilaksanakan dan izin keluar maka akan langsung dikerjakan. Dia memprediksi pengerjaan proyek perbaikan hanya membutuhkan waktu dua hari.
“Sementara ini, surat izin sudah, tapi eksposenya belum. Kalau itu sudah selesai, mungkin KAI bisa kasih izin. Insya Allah, pengerjaan selesai dua hari,” terangnya.
Humas PDAM TKR Kabupaten Tangerang, Yunis mengatakan, bahwa untuk perbaikan pipa yang bocor, pihaknya harus menunggu perizinan dari pihak PT KAI. Karena, pipa yang bocor berada di bawah lintasan kereta api. Dia juga mengatakan permintaan maafnya kepada pelanggan PDAM atas ketidaknyaman terkait adanya kebocoran pipa.
“Pertama kami meminta maaf, kepada para konsumen. Untuk perbaikan, kita menunggu izin dari PT KAI terlebih dahulu, karena kan nanti ada pembongkaran, tidak mungkin tanpa adanya persetujuan dari PT KAI,” ujarnya.
Yunis mengaku, belum mengetahui apa penyebab keboroan pipa di bawah rel kereta api dekat Stasiun Tanah Tinggi Kota Tangerang. Namun, dia menduga hal itu dikarenakan getaran dan tekanan kereta yang melintas.
“Belum diketahui penyebabnya tapi sepertinya karena getaran dan tekanan kereta yang melintas,” tambahnya.
Sementara itu pelanggan Perumda TB dengan jenis tarif sosial umum, Masjid Ar-Rahman di Perumahan Bumi Mas Raya, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, mengalami gangguan akibat pendistribusian air yang keluar tidak stabil. Rifki, salah satu pengurus masjid mengatakan, terjadi perubahan putaran meteran yang menjadi lambat dalam kurun waktu seminggu terakhir. Puncaknya kata dia, air yang keluar menghambat waktu shalat Jumat minggu lalu.
“Waktu salat Jumat kan, banyak pemakaian air, orang yang pakai banyak, sedangkan air keluarnya kecil, walaupun ada toren penampungan, otomatis telat nampungnya,” keluhnya.
Terkait bocornya pipa tersebut, penjaga pintu perlintasan PT KAI, Samino mengatakan, kebocoran itu diketahui setelah air tiba-tiba menyembur ke atas dari rongga bebatuan di tengah dua jalur kereta.
“Pas pertama kali, airnya menyembur, keluarnya kencang,” ujar Samino saat ditemui di pos jaga perlintasan kereta api di Stasiun Tanah Tinggi pada Senin, (26/12).
Lebih lanjut, Samino menjelaskan, kebocoran tersebut dikhawatirkan dapat berimbas dengan kestabilan tanah yang ada di di bawah rel. Adanya air dapat membuat tanah terkikis menurun.
“Tanah di posisi rel nggak boleh basah karena takut banyak lumpur di bawah. Akhirnya nggak steril pas kereta lewat, jadi genjot dan tanahnya turun,” katanya. (mg3/alfian)
Diskusi tentang ini post