SATELITNEWS.ID, SERANG—Jumlah pengangguran di Provinsi Banten kembali meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) menempatkan Banten sebagai provinsi dengan angka pengangguran paling tinggi di Indonesia.
BPS mencatat, Provinsi Banten pada Februari 2020 masih menduduki peringkat pertama tingkat pengangguran terbuka (TPT) se Indonesia dengan persentase mencapai 8,01 persen. Artinya, sebanyak 489,2 ribu orang menganggur di Banten. Sementara, jumlah angkatan kerja pada bulan yang sama mengalami penurunan sebanyak 31.197 dari 6,11 juta dibanding Februari 2019.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Banten, Adhi Wiriana mengungkapkan pandemi corona (covid-19) menjadi salah satu penyebab bertambahnya angka pengangguran di Banten. Sebab, China menerapkan penutupan akses (lockdown) dan Indonesia membatasi akses yang menuju maupun berasal dari negeri Tirai Bambu. Sehingga, kegiatan pariwisata, ekspor, impor terhenti dan pasokan bahan baku industri terbatas.
“Saat ini angka pengangguran bisa terus bertambah karena kita sudah terkena covid-19. Tiongkok menjadi sasaran ekspor utama mencapai 15 persen,” ujar Adhi, Selasa (5/5).
Adhi Wiriana mengungkapkan, pengangguran di Banten mengalami penambahan sebanyak 23.409 orang. Hal itu sejalan dengan kenaikan TPT menjadi 8,01 persen pada Februari 2020.
“Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT tertinggi merupakan lulusan SMA yaitu sebesar 13,48 persen. Sedangkan TPT lulusan SMK sebanyak 13,11 persen,” katanya.
Ia menjelaskan, TPT merupakan indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap di pasar kerja. Ia menyebutkan, persentase TPT jika dibandingkan pada Februari 2018 dan 2019 mengalami peningkatan.
Diketahui, berdasarkan data BPS angka TPT pada Februari 2018 sebesar 7,77 persen dimana pada Februari 2019 angka TPT sedikit mengalami penurunan sebesar 7,58 persen. Namun, pada Februari 2020 TPT Banten mengalami kenaikan sebesar 8,01 persen.
Adhi juga menuturkan, dilihat dari domisili, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan TPT di wilayah pedesaan.
“Pada Februari 2020, TPT di wilayah perkotaan mencapai 8,16 persen, sedangkan di wilayah pedesaan sebesar 7,60 persen. Dibandingkan dengan tahun lalu, angka TPT di wilayah perkotaan meningkat sebesar 0,71 persen dan TPT di pedesaan turun sebesar 0,31 persen,” ungkapnya.
Dilihat dari pasar kerja, lanjut Adhi, penawaran kerja lebih menyasar pada masyarakat berpendidikan tinggi. Dengan kata lain, penawaran tenaga kerja tidak terserap pada tingkat pendidikan SMA dan SMK.
“Mereka yang berpendidikan rendah cenderung menerima pekerjaan apa saja. Hal itu dapat dilihat dimana TPT SMA mencapai 13,48 persen, TPT SMK sebesar 13,11 persen, sedangkan TPT SMP 7,22 persen dan TPT SD mencapai 4,33 persen. Apabila dibandingkan dengan TPT tahun yang lalu, TPT terjadi pada tingkat sekolah menengah atas (SMA),” pungkasnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat, penduduk usia kerja Indonesia pada bulan Februari 2020 mencapai 199,38 juta orang. Angka itu terdiri dari angkatan kerja sebanyak 137,91 juta orang, dan bukan angkatan kerja sebanyak 61,47 juta orang.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, jumlah penduduk usia kerja pada Februari 2020 mengalami peningkatan 2,92 juta orang dibandingkan Februari 2019 (year-on-year/YoY). Dari jumlah tersebut, yang masuk kategori angkatan kerja sebanyak 1,73 juta orang, sedangkan yang bukan angkatan kerja sebanyak 1,19 juta orang.
Dari kategori angkatan kerja yang sebanyak 137,91 juta orang, jumlah orang yang bekerja sebanyak 131,03 juta orang, atau naik 1,67 juta orang dibandingkan Februari 2019. Sementara itu, jumlah penganggur tercatat sebanyak 6,88 juta orang, atau naik 60.000 orang dibandingkan Februari 2019.
“Dari jumlah orang yang bekerja, terjadi peningkatan jumlah pekerja penuh dan pekerja paruh waktu. Sedangkan, jumlah setengah penganggur terjadi penurunan,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (5/5).
Karakteristik pekerja penuh yaitu pekerja yang bekerja selama minimal 35 jam per minggu, jumlahnya mencapai 91,95 juta orang. Sedangkan yang bekerja di bawah 35 jam atau pekerja paruh waktu tercatat sebanyak 39,44 juta orang.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Kecuk itu menjelaskan, terjadi sedikit penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2020. Pada Februari 2019, TPAK di level 69,32 persen. Sedangkan pada Februari 2020 turun sedikit di level 69,17 persen.
“Terlihat masih ada perbedaan yang cukup dalam antara tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelamin, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan,” ungkap Kecuk.
Kecuk juga memaparkan, berdasarkan struktur lapangan pekerjaan utamanya, ada penurunan tenaga kerja di pertanian sebesar -0,42 persen poin. Kemudian di perdagangan turun 0,29 persen poin, dan jasa lainnya turun -0,21 persen poin.
Berturut-turut setelahnya yaitu jasa keuangan dan asuransi (turun -0,01 persen poin), pertambangan dan penggalian (turun -0,03 persen poin), serta informasi dan komunikasi (turun -0,01 persen poin). (rus/bnn/jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post