SATELITNEWS.COM, SERANG—Sebanyak 160 anak penderita kekerdilan atau stunting menjadi peserta proyek percontohan menekan kasus stunting yang dilakukan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten.
Pilot project tersebut berupa program pemberian charity atau bantuan makanan pemenuhan gizi kepada penderita stunting selama tiga bulan secara intensif.
Kepala DP3AKKB Provinsi Banten Sitti Maani Nina menjelaskan pilot project itu dilaksanakan di beberapa daerah. Dalam pelaksanaan program tersebut, DP3AKKB Provinsi Banten turut melibatkan unsur-unsur lain seperti kader Posyandu, dan juga kader PKK di masing-masing daerah penerima manfaat tersebut.
Nina mengaku dalam pelaksanaan program tersebut telah tercapai hasil yang cukup memuaskan. Dari tiga daerah yang diintervensi, semuanya menunjukan adanya penurunan angka stunting cukup signifikan.
“Kita di tiga kabupaten/kota. Kami di Curug waktu lalu di Februari ya, kita penanganan tiga bulan juga ternyata signifikan dari jumlah 367 menjadi 31 orang yang ditangani oleh Dinas Ketapang di Kaduhejo Kabupaten Pandeglang dari 267 atau berapa gitu, itu menjadi 100. Nah di Warung Gunung ini juga sedang penanganan Kabupaten Lebak oleh DPMD ternyata dari 117 sudah 91,” ungkap dia, seusai Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dengan OPD Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten, di Aula DP3AKKB Provinsi Banten, KP3B Curug, Kota Serang, Kamis (25/5).
Nina menjelaskan pelaksanaan program tersebut dilaksanakan selama tiga bulan lamanya, selain melibatkan kader Posyandu dan PKK, program tersebut juga turut melibatkan ahli gizi dalam penentuan pemberian bantuan makanannya. Kemudian saat disinggung perihal data angka stunting di Provinsi Banten, Kepala DP3AKKB itu menjelaskan bahwa Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang menjadi daerah dengan tingkat angka stuntingnya tertinggi di Banten. Hanya saja menurut penuturan Nina untuk Kabupaten Pandeglang sempat mengalami penurunan angka stunting yang menyentuh di kisaran 8 persen.
“Kalau data nasional itu tiga, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang. Nah sekarang berubah lagi, kemarin itu Tangsel turun hampir 9 persen, Pandeglang itu turunnya tinggi hampir 8 persen, tapi dari posisi depannya angka 3. Jadi sekarang masih di posisi 28 persen harus mengejar lagi, gitu,”ujar dia.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Banten Tine Al Muktabar menambahkan, seluruh anggota PKK sampai tingkat desa akan terjun langsung dalam penanganan stunting dengan memberikan paket nutrisi selama 3 bulan.
“Itu target harus sudah sehat dalam rentang 3 bulan itu tidak terputus pemberian paket nutrisi kepada keluarga stunting,” katanya.
Dikatakannya, dalam hal tersebut nantinya kader PKK yang sebagai tim pendamping keluarga akan melakukan monitoring asupan nutrisi telah sesuai dan dikonsumsi oleh anak-anak stunting.
“Jadi itu salah satu parameter yang dapat kita lihat langsung melalui aplikasi. Kita akan memonitor perkembangan dan asupan gizi dan nutrisi anak. Itu kita dapat memonitor dil apangan secara aktual dan real time,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Tine juga mengatakan peran orang tua terutama sosok Ibu sangat penting dalam menyiapkan SDM yang unggul yang memiliki daya saing, terlebih saat ini harus mampu bersaing dalam persaingan global.
“Artinya sejak awal harus menyiapkan generasi emas yang unggul, dan itu tidak hanya sehat. Tetapi cerdas dan memiliki karakter, ketiga komponen itu harus kita jaga mulai dari kandungan,” imbuhnya.
Plh Sekda Banten Virgojanti menjelaskan berdasarkan data yang dimiliki, angka stunting di Provinsi Banten pada periode sebelumnya berada di kisaran angka 27 persen. Namun di tahun ini angka stunting mengalami penurunan sekitar tujuh persen menjadi 20 persen.
“Kita berupaya karena kalau secara survei, kita kan pusat menyatakan Provinsi Banten itu 27 persen waktu itu ya. Nah sekarang, kita sudah menurunkan di angka 20 persen. Berarti ada upaya nih kita semua secara berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota,” kata Plh Sekda Provinsi Banten Virgojanti saat ditemui di Gedung DP3AKKB.
Namun ia menjelaskan, jika ditelusuri lebih jauh, angka stunting di Provinsi Banten itu jauh lebih rendah dari data yang ada. Bahkan Virgo mengklaim, angkanya berada di bawah kisaran 20 persen.
“Kalau survei dia tinggi informasi seperti pusat, tapi kalau kita telusur sampai ke bawah sebenarnya kita di bawah 20 persen,” jelasnya.
Sehingga menurutnya, capaian itu seharusnya dapat diterima dengan baik oleh pemerintah pusat bahwa ternyata angka stunting di Provinsi Banten tidak sebesar seperti yang dibayangkan selama ini.
“Nah ini yang terus kita komunikasikan dengan pemerintah pusat dengan perguruan tinggi juga, langsung dari fakultas ilmu kedokteran kan langsung turun juga melihat kondisi lapangan seperti apa sih. Ternyata kalau lihat lapangan sih gak sebanyak itu,” tuturnya.
Selain itu, Virgo juga menjelaskan, sebagai tindakan serius dalam upaya percepatan penanganan stunting di Provinsi Banten perlu adanya tindakan kolaboratif antar pihak. Tujuannya agar target percepatan penurunan angka stunting ini dapat segera tercapai.
Tentunya, Virgo menambahkan, kerja-kerja kolaboratif itu ditunjang pula dengan program yang berjenjang serta berkelanjutan melalui delapan aksi konvergensi, salah satu di antaranya adalah dengan perbaikan layanan sanitasi di lingkungan masyarakat.
“Mulai dari sisi kelembagaannya kita diperkuat, kemudian juga aksi pemberian bantuan, kemudian juga kaitan dengan penanganan langsung ya pendampingan makanan dan sebagainya. Kemudian juga melalui upaya pendekatan perbaikan lingkungannya, karena sanitasi juga menjadi faktor penentu juga bahkan skornya 30 itu menentukan juga terhadap kondisi stunting ini,” ucapnya. (mg2)
Diskusi tentang ini post