SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Secara sederhana selingkuh merupakan istilah umum yang terkait perbuatan atau aktivitas yang tidak jujur terhadap pasangannya. Baik itu terhadap suami, istri atau pacar. Dengan selingkuh, terjadi sebuah pelanggaran kesepakatan dari hubungan antar orang. Aktivitas ini terjadi atas banyak faktor. Salah satunya, gangguan mental.
Gangguan mental atau gangguan jiwa sendiri merupakan kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati dan atau gabungan diantaranya. Sehingga seseorang mengalami hendaya atau ketidakmampuan dalam menjalani fungsi sosial, pekerjaan sehari – hari. Gangguan mental ini dimulai dari ringan hingga berat.
Lalu apakah selingkuh dapat dikaitkan dengan adanya gangguan mental terhadap diri seseorang yang melakukannya? Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Sari Asih Cipondoh, Kota Tangerang, dr Andrian Pratomo, SpKJ, pun membenarkannya. Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan seseorang yang telah berpasangan melakukan perselingkuhan. Salah satu penyebabnya karena adanya gangguan mental, yaitu gangguan kepribadian.
“Seseorang yang melakukan perselingkuhan bisa saja karena memiliki gangguan kepribadian seperti narsistik, ambang, atau histrionik, dimana perilaku-perilaku gangguan kepribadian tersebut bisa mengarah kepada perselingkuhan,” ujar dr Andrian, Rabu (07/05/2023).
Beberapa ahli berpendapat perselingkuhan sudah merupakan gangguan mental yang dikaitkan dengan gangguan kepribadian yang dialami seseorang. Disebutkan dr. Andrian, selain mengalami gangguan kepribadian, dapat juga dikaitkan dengan adanya riwayat pertumbuhan atau pengalaman traumatik dalam keluarga broken home yang disebabkan adanya perselingkuhan, sehingga terbawa dalam kehidupannya, adanya riwayat pelecehan, pengabaian secara fisik dan emosional , juga merupakan faktor risiko.
Diagnosis atau penanganan gangguan fungsi ini (mental) (gangguan kepribadian) memerlukan evaluasi pola fungsi jangka panjang. Perlu kehati – hatian dan evaluasi yang cermat terhadap berbagai aspek kehidupan seseorang, perkembangan masa kanak seseorang dapat membantu evaluasi.
Diagnosis gangguan kepribadian umumnya ditemukan bersama atau komorbid dengan gangguan jiwa lainnya, contohnya gangguan suasana perasaan atau mood, penggunaan zat. Sayangnya, penanganan gangguan kepribadian ini belum ada standard baku pengobatan farmakologis atau non farmakologis yang ditetapkan. Penanganan dilakukan bersama dengan gejala atau gangguan komorbid yang pada umumnya terjadi bersamaan.
Meski demikian, terapi jangka panjang dan mengeksploitasi hubungan antar terapis dan pasien secara berkelanjutan menjadi pengobatan yang cukup baik. Terapi berfokus pada transferensi misalnya psikoanalitik, terapi alternatif serta terapi perilaku kognitif.
Lebih lanjut dr Andrian menyebutkan jika perselingkuhan terjadi karena seseorang mengalami gangguan mental atau gangguan kepribadian dapat dilakukan terapi, baik terhadap pelaku, korban atau mengenai nasib hubungan pasca perselingkuhan. Tentunya terapi yang dilakukan adalah terapi komprehensif dan mendalam yang melibatkan pasangan tersebut. “Hal ini dilakukan untuk mengetahui akar masalah atau motivasi seseorang melakukan perselingkuhan untuk kemudian ditemukan jalan keluarnya,” ujar dr Adrian.
“Gangguan mental, salah satunya gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik, namun tidak 100% sudah pasti keturunannya mengalami gangguan mental yang sama atau gangguan kepribadian, banyak faktor lain yang mempengaruhi sehingga seseorang mengalami gangguan mental atau gangguan kepribadian, sehingga konsultasi perlu dilakukan untuk mengetahui penyebabnya secara benar,” tutup dr. Andrian. (rls)
Diskusi tentang ini post