SATELITNEWS.COM, TANGERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, mencatat jumlah penderita tuberkulosis atau TBC di Kabupaten Tangerang mencapai 9.000 kasus. Rata-rata penderitanya masih di usia produktif.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Muchlis mengatakan, bahwa pihaknya telah mencatat bahwa penderita TBC atau tuberkulosis di Kabupaten Tangerang itu rata-rata berusia 18 hingga 45 tahun. Pihaknya juga mencatat bahwa kasus TBC di tahun 2022 lalu itu mencapai 9.000 kasus.
“Berdasarkan data yang kita catat pada tahun 2022 lalu, kurang lebih ada 8.941 atau 9.000 kasus yang kita deteksi,” kata Kadinkes Kabupaten Tangerang, Muchlis kepada Satelit News, Rabu (26/7).
Menurut Muchlis, penyebab tingginya angka kasus TBC tersebut, akibat dari minimnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan diri. Selain itu, beberapa penyebab lainnya penularan penyakit TBC ini adalah masih banyaknya rumah-rumah warga yang dinilai kurang sehat.
“Sekarang permasalahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pengobatan TBC, ditambah dari sisi keluarga serta lingkungan sekitar,” ujarnya.
MUchlis mengatakan, kasus Tuberkulosis itu cara penularannya hampir sama dengan Covid-19, yakni dengan cara melalui percikan dahak. Karena, hampir semua virus penyebarannya memiliki kesamaan.
“Cara penularannya juga penyakit ini persis dengan kasus Covid-19, melalui interaksi langsung dengan penderita atau melalui air liur itu,” terangnya.
Muchlis meminta agar masyarakat yang mempunyai gejala TBC seperti batuk berdahak dua pekan atau lebih, untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. Seperti Puskesmas atau Klinik terdekat.
“Ke depan masyarakat mau memeriksakan diri, kalau ada gejala batuk lebih dari dua minggu, berat badan turun, demam, kalau malam berkeringat itu kan mereka harus segera datang ke Puskesmas,” tuturnya.
Muchlis menambahkan, selama ini penyakit TBC di Indonesia sendiri menempati peringkat kedua setelah India, dengan jumlah kasus yang diprediksi berkisar 969 ribu atau hitungan prevalensi menyentuh angka 354 per 100.000 jumlah penduduk yang ada. Hal tersebut juga menjadi perhatian khusus untuk dilakukan upaya penanganan melalui program prioritas nasional.
“Jadi sebetulnya kasus TBC itu dari jaman dulu tidak selesai-selesai. Harapannya nanti di program eliminasi TBC ini bukan menghilangkan tetapi menurunkan, nantinya di akhir 2030 itu bisa sampai 65 orang dari 100 ribu jumlah penduduk yang ada,” tutupnya. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post