SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Warga Perumahan Pamulang Permai 1, Kecamatan Pamulang mengeluhkan pembakaran sampah yang berada di wilayah tempat tinggalnya. Hal tersebut dicurahkan Nurissa Anindya di media sosial pribadinya. Bahkan, postingan tersebut kini telah viral di sejumlah akun medsos.
Saat dikonfirmasi melalui telpon, Nurissa mengatakan, keponakannya berinisial R yang berusia 8 tahun mengalami penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang diduga disebabkan oleh pembakaran sampah. Disebutkan Nurissa, pembakaran itu dilakukan setiap hari yang jaraknya sekitar 900 meter dari rumah Raya.
“Kita sih sebenarnya ngga tahu ISPA itu beneran dari tabunan atau bukan. Cuma suami aja yang orang dewasa matanya suka perih suka sesak juga, karena itu emang tiap sore ada asapnya,” ujarnya, Rabu (2/8).
Nurissa pun mengaku sudah beberapa kali mendatangi sumber pembakaran dan mencoba berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan. Namun, kata Nurissa, dirinya malah tidak ditanggapi seakan-akan menyepelekannya.
“Dan kita sudah beberapa kali kesana dan memang mengganggu-mengganggunya di bulan ini. Disamperin ke lokasi kadang malah yang bakar marah. Iya doang dimatiin, nanti hari berikutnya ada lagi asapnya,” jelasnya.
Nurissa menyebut sebelumnya telah melaporkan hal itu melalui akun sosmed Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Namun, tidak ada respon yang dirinya dapat.
Lantaran sudah tidak tau lagi apa yang harus dilakukan, akhirnya ia meramaikan musibah yang tengah dialami keluarga nya itu ke medsos. Bak gayung bersambut, jagad media maya mulai ramai memperbincangkan permasalahan tersebut.
“Tahun lalu bulan Juli itu saya DM (direct message) juga medsos karena sudah ngeganggu banget karena ada anak kecil, jadi kita mau minta atensi.
Kita juga sudah pernah DM langsung Dinas DLH Tangsel ngga ada tanggapan,” katanya.
Nurissa menyayangkan, lokasi yang berada dekat dengan RSUD Tangsel itu harusnya steril namun malah tidak mendapatkan perhatian dari Pemkot Tangsel.
“Di sekitar situ banyak bedeng-bedeng pemulung. Banyak seperti tumpukan sampah pengepul, sore kebanyakan bakarnya. Itukan di belakang RS yang harusnya lingkungan steril malah ngga ada perhatian sama sekali dari Pemkot,” ucapnya.
Nurissa menambahkan, keponakannya yang baru duduk kelas dua di bangku sekolah itu kondisinya berangsur membaik setelah mendapatkan perawatan berhari-hari di RS Eka Hospital BSD. “Sudah mulai membaik, tadi juga kontakan sama orangtuanya ini lagi nunggu visit dokter. Kalo misalnya dokter bilang ok, baru bisa pulang. Anaknya pengen banget pulang, mau sekolah baru kelas dua,” paparnya.
Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel, Rastra Yudhatama saat dikonfirmasi hal tersebut mengatakan, pihaknya telah mendatangi warga yang melakukan pembakaran. Ia menyebut, hanya melakukan pembakaran sisa batok kelapa yang tidak terlalu besar.
“Nabun itu mah batok kelapa. Kalau bakar gue udah bilang jangan dibakar lagi. Kalau sisa kelapa lebih baik bapak kumpulin atau jual atau bagaimana kek. Bakarnya sih ngga rutin. Kalau lagi banyak aja baru dibakar,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post